Lajnah Falakiyah

Selasa, 04 Oktober 2011

BU’DU MUADDAL DAN HISSOTUSSAAH

Bab VI- BU’DU MUADDAL
 Untuk menghasilkan bu’dul muaddal, maka nilainya bu’du ghoiru muaddal harus dikurangi oleh nilainya ta’dil ayyam, jika pada kolomnya bu’du ghoiru muaddal nilai tsawalis kosong ambilah dari angka di depannya. Dan pada bagian ini telah dimulai perhitungan detik, menit dan jam, yang berarti telah dimulai pula batasan-batasannya, dan hasil dari pengurangan antara bu’du ghoiru muaddal dengan ta’dil ayyam ini dinamakan bu,du muaddal.
Dan ketika ta’dil ayyam tidak mempunyai nilai atau kosong karena dari satar awal dan satar tsani sama–sama tidak mempunyai nilai, maka bu’du ghoiru muaddal langsung menjadi bu’du muaddal.


 BAB -VII- HISSOTUSSAAH 


Mencari hissotussaah sama persis dengan cara mencari ta’dil ayyam dimulai dari mempertemukan antara buruj dengan buruj dan derajat dengan derajat yang sama-sama berupa kelipatan 5, caranya menjadikan kasr mahfud pertama dan keduanya berikut cara pembagian, penempatan hasil dorby ataupun caranya langsung menjadikan/menetapkan hissotussah jika terjadi kesamaan nilai baik satar awal maupun satar tsani, yang paling menonjol perbedaannya dalam hal ini hanyalah soal satar awal dan satar tsani yang terkadang mempunyai nilai derajat, dan dalam hissotussaah ini nilainya derajat adalah jam.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar