Lajnah Falakiyah

Selasa, 04 Oktober 2011

Istilah Alamat, Hissoh, Hoosoh, Markaz, dan Auj Dalam Ilmu Hisab


Bab II-Ta'dil
Jika Anda ingin mengetahui semua ini, maka ketahuilah bahwa ijtima adalah sebutan dari adanya matahari dan bulan dalam satu tempat (sejajar) di Ekliptika. Apabila matahari saat ijtima di buruj Haml, maka bulan juga di buruj Haml. Dan bila matahari di buruj Tsur, maka bulan juga di buruj Tsur dan seterusnya dalam buruj-buruj yang jumlahnya 12. Hal seperti ini tak akan pernah terjadi kecuali pada akhir-akhir Bulan Komariyyah yang disebut dengan “Muhaq”. Dan kejadian itu disebabkan karena bulan berjalannya sangat cepat yang hanya membutuhkan waktu satu bulan saja untuk dapat menempuh falaknya (lintas orbit), sedangkan matahari memerlukan waktu satu tahun lamanya untuk bisa menempuh falaknya.



Cahaya bulan disebabkan oleh cahaya matahari jika bulan mendekati matahari, setelah pertengahan bulan cahayanya makin berkurang sedikit demi sedikit sampai bertemu lagi diakhir bulan, dan akhirnya bulan pun tidak kelihatan sama sekali, karena setengahnya yang bersinar menghadap ke matahari dan setengahnya lagi yang bersinar menghadap ke bumi.

Tatkala bulan menjauh dari matahari, maka akan kelihatan cahayanya yang disebut dengan hilal atau bulan sabit. Semakin menjauh dari matahari akan semakin bertambah cahayanya dan menjadi sempurna yang dinamankan bulan purnama yang mana pada saat itu bulan dan matahari saling berhadapan, dan bulan tersebut akan kembali seperti semula setiap bulan.

Jika anda telah memahami yang seperti itu, kemudian ingin mengetahui lebih jauh lagi tentang masalah kapan bertemunya bulan dan matahari disetiap akhir bulan? Maka carilah bilangan atau harokat yang sesuai dengan jenisnya masing-masing, dimulai dari Alamat, Hissoh, Hoosoh, Markaz, dan Auj untuk tahun yang dikehendaki.

Kemudian susunlah angka-angka tersebut dan tempatkan pada tiap jenisnya. alamat harus dengan alamat, hissoh dengan hissoh, hoosoh dengan hoosoh, markaz dengan markaz, dan auj dengan auj, lalu jumlahkan kesemuanya menurut kesatuanya masing-masing. Menit dengan menit, derajat dengan derajat, buruj dengan buruj, jam dengan jam, dan hari dengan hari. Berikut nama-nama dari jenis harokat dan artiannya :

Alamat adalah sebutan dari bertemunya matahari dan bulan pada saat akan berakhir dari bulan sebelumnya dan merupakan awal dari bulan yang akan datang, sebagai batas pemisah antara keduanya.

Hissoh adalah kemiringan ardul qomar atau miringnya bulan pada orbitnya dari buruj digaris katulistiwa.

Hoosoh adalah kedudukan bulan pada orbitnya.

Markaz adalah kedudukan matahari pada orbitnya.

Auj adalah nama lain dari Aphelium yang menjadi lawannya Pirihelium, atau boleh juga dikatakan titik jauhnya matahari dari bumi di orbitnya kira-kira jaraknya 152,5 juta km.

Sedangkan Perihelium itu sendiri adalah jarak terdekatnya matahari dari bumi menurut hitungan Astronomi adalah 147,5 juta km. Perlu diketahui bahwa Alamat itu berisi; hari, jam, dan menit atau yaum, saah, dan daqiqoh. Sedangkan kolom-kolom yang lain seperti Hissoh, Hoosoh, Markaz dan Auj isinya adalah; Buruj, Derajat dan Daqiqoh.

Perlu diingat pula jumlah hari tidak boleh lebih 7, jam tidak melebihi 24, buruj tidak melebihi 12, derajat tidak melebihi 30 dan jumlahnya daqiqoh tidak pula melebihi 60.

Jika dalam penjumlahan menit telah mencapai 60, maka jadikan satu dan tambahkan pada derajat atau Saah bila pada alamat. Bila pada derajat telah mencapai 30, jadikanlah 1 buruj atau gabungkan pada buruj, jika pada buruj telah mencapai 12, maka tetapkan atau tulislah nol (titik satu) atau jika buruj telah melebihi jumlahnya misal 13, maka buanglah 12 dan tetapkan sisanya. Jika penjumlahan jam (saah) telah mencapai 24, jadikan 1 hari dan tambahkan pada jumlah hari sebelumnya (gabungkan pada kolom yaum) dan bila jumlah hari telah melebihi 7, maka buanglah 7 dan tetapkan sisanya.

Apabila semuanya telah dipraktekkan sesuai dengan tuntunan diatas, maka setidaknya anda telah sedikit mengetahui pergerakan matahari dan bulan walau belum sempurna dalam artian masih diperlukan pengoreksian lebih lanjut untuk mengetahui lebih sempurna.

Ketahuilah bahwa seluruh harokat (angka) yang ada pada tahun Majmuah (tabel 1) selalu bertambah tiap tahun dari tahun Mabsutoh, setiap baris dalam tahun majmuah untuk sepuluh tahun sekali, bila tahun majmuahnya sesuai dengan yang diharapkan misal 1420, 1430, 1440, 1450, maka tidak perlu ada penambahan harokatnya tahun mabsutoh, tapi jika menghendaki tahun yang tidak ada dalam contoh yang disebutkan, sementara anda ingin mengetahui tahun 1431 atau 1432, tinggal ditambahkan saja harokatnya tahun majmuah 1420 dengan harokatnya tahun mabsutoh tahun 1 atau tahun 2, atau anda menginginkan harokatnya Tahun 1628 H, sama seperti penambahan di atas Tahun atas Tahun Majmuah 1420 + Tahun Mabsutoh 200 dan 8

(1420 + 200 + 8 = 1628) dan hal ini akan terus berlaku pada setiap penjumlahan yang bukan tahun majmuah.

Harokat ditahun mabsutoh (tabel 2) juga akan selalu bertambah pada yang lain jika dikalikan 2 harokat pertama, maka akan menghasilkan jumlahnya harokat yang kedua. Jika harokat baris pertama ditambahkan pada harokat baris kedua, hasilnya harokat baris ketiga. Lakukanlah langkah seperti ini jika memang menemui kesulitan atau ragu-ragu dalam penjumlahan, karena langkah seperti ini akan sangat membantu dan terus berlaku selamanya. Dan cara menjumlahkan harokat dalam tahun, baik majmu’ah atau mabsutoh sama pula didalam jadwal bulan. Harokat Bulan Shofar dikalikan 2 atau harokat Shofar ditambah harokat Shofar akan menghasilkan harokat Bulan Rabi’ul Awal, dan harokat Bulan Shofar jika ditambahkan pada harokatnya Bulan Rabi’ul Awal akan menghasilkan harokatnya Bulan Rabi’ul Tsani. Untuk Bulan Muharom yang tidak ada nilainya (di atas Bulan Shofar) diperuntukkan mengetahui Ijtima dan gerhana matahari, sedangkan Bulan Muharom yang ada nilainya (paling bawah) khusus untuk mengetahui Istiqbal (lima belas hari ke depan) atau gerhana bulan (lihat tabel 3).

Para ahli Astronomi mencatat pergerakan matahari dan bulan dalam jadwal ditulis dengan huruf abjad tanpa titik sebagai “rumusnya” kecuali huruf Nun, hal ini gunanya untuk membedakan dengan huruf Ba, dan menulis huruf Jim hanya kepalanya saja supaya berbeda dengan huruf Ha. Para ahli Astronomi membuat rumus untuk Nol atau kosong dengan titik satu, dan huruf Ha yang bawahnya dilingkari () untuk semacam ini biasanya untuk bilangan yang kurang dari 90. Bila melebihi 90 maka biasanya ditulis langsung sesuai dengan ketentuan huruf sebagai mana mestinya

Umumnya para ahli Astronomi menentukan rumus-rumus untuk hari menurut urutan hari (Tabel 9), misal; Alif, Ba, Jim, Dal, Ha, Wau, dan Za masing-masing untuk Ahad (minggu) Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at dan Sabtu, terkadang untuk hari sabtu hanya ditulis titik saja sebagai ganti dari huruf Za.

Begitu juga dengan buruj yang jumlahnya 12. Nol atau titik untuk Haml, 1 Tsur, 2 Jauza, 3 Saroton, 4 Asad, 5 Sumbulah, 6 Mizan, 7 Aqrob, 8 Qous, 9 Jadyu, 10 Dalwu, 11 Hut dan bila telah mencapai 12 maka akan kembali ke nol atau titik satu untuk Haml.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar